Jumat, 09 November 2007

Dunia Kedua



Senja kemarin masih saja parau, tandus seperti padang pasir yang gersang. Kulangkahkan kakiku sejadinya. Entah hendak kemana. Sekian meter berjalan akhirnya kuhentikan langkahku, berhenti tepat berada disebuah rumah yang tampak asri dan sangat adem menurutku. Seperti menemukan oase dalam perjalan-anku.
Kulangkahkan kaki menyusuri tangga demi tangga yang kian meruncing. Sejenak berbasa-basi dengan si empunya rumah, dihantarkannya aku di salah satu bilik yang tak kalah asrinya. Nyaman dengan beberapa ornament minimalis bercampur etnis.
Dengan sigap kupaparkan tubuh ini melekat disejenak pada sebuah bantal empuk untuk bersandar. Lantas, gemulai tangan ini tak henti-hentinya mengotak-atik sebuah papan berderet huruf dan angka serta layar berwarna yang berada tepat didepanku. Kumanjakan mata ini melumat segalanya yang berada didepanku. Sekian wujud berseliweran mengampiriku dengan bermacam tanda tanya berdesir.
Bilik-bilik dalam ruang dihadapku satu persatu mengundangku untuk turut serta. Ada beberapa pertanyaan yang begitu riskan, aku jawab dan tak sesekali aku buang dengan iklas. Lalu muncul lagi dengan pertanyaan serupa. Kulewatkan banyak waktuku untuk menyusuri yang lainnya, berguman dan sesekali berdecak kagum. Dan ketika mata telah pula lembab, aku putuskan untuk mengakhiri semuanya. Namun, ada seseorang yang dengan lancang sempat mengusik keberaniannku untuk mengiyakan undangannya. Dengan status yang relatif dimiliki sekian banyak orang, serta gaya yang sekian banyak orang punya.
Kami mengobrol entah kemana bermuara. Mengungkapkan hobi yang hampir sama. Menyingahi beberapa tempat yang nyaris persis. Singkat kata kami memiliki rasio pemikiran yang sejalan. Tanpa banyak ba bi bu aku ikuti saja permintaannya untuk bersua. Sesuai jadwal yang telah kami sepakati akhirnya waktu juga mempertemukanku dengannya. Sama persis dalam gambaranku, pria jangkung dengan ornamen jambang menghiasi ranum wajahnya. Pas sekali dengan bingkai wajahnya yang kokoh dan kotak. Tanpa sadar ingatanku kembali ke beberapa masa, alangkah terbelalaknya kami bersamaan. Diluar perkiraan ternyata sosok yang berada didepanku kini adalah seseorang yang dulunya pernah menemuiku beberapa waktu lalu dan swempat hapir singgah dalam kehidupanku. Ternyata dunia memang tak selebar daun kelor. Bukan hanya dalam lingkup komonitas saja yang dapat menenukan orang yang dulu pernah bertemu, akan tetepi sama halnya dengan kehidupan maya atau room chat. Kami saling pandang dengan tatapan menyelidik, dan itu tak terjadi berapa lama. Karena kami telah pula tahu bagaimana menyikapi perasaan yang tiba-tiba datang dan bersemi kembali


gself23@yahoo.....