Sabtu, 19 Januari 2008

daksa

seperti daun yang gugur senja tadi
lembab tersirat rinai hujan
jatuh bercucuran mengiringi serta

lalu hujan reda terganti badai
terpapah sudah terbawa angin
lalu karam kedasar palung tak berantah

adakah palung dapat mengangkatnya kepermukaan
sesuai apa yang di inginkan sehelai daun
ia hanya ingin kembali sekedar menyongsong dinginnya malam


adakah semua hanya kisah sehelai daun
tanpa nama dan tak bertuan ?

Senin, 03 Desember 2007

neroneo23: Panen jenggah

neroneo23: Panen jenggah

Biarlah diam

Kau tak pernah mampu termiliki

Meski bayang nakalmu kerap kali mengundangku

Ritmis berjalan beriring serta

Kau kan salau bertenger disana

Termasgul diantara bintang berpendar

Aku hanya ingin kasih.....

tanpa harus melukai

berharap sayang....

tanpa menyakiti

Memiliki dengan segenap rasa

Bukan cinta yang memabukkan

Dan mampu merubah segala

Adalah aku yang ingin selalu bersama,

Walau tanpa kata cinta

Panen jenggah

Kusemai ranum pada padang berbatu

Lalu timbul ilalang berjerumbun

Semakin lebat merimba

Dan sulit untuk aku babat

Belukar bermekaran

Mengantikan kuntum yang dihisap kumbang

Tertunduk namun mampu menonggok lagi

Meski sesekali jatuh kembali

Semua salah pada titian

Selayaknya tak kusirami

Kurawat dan ku inang

Bila kutahu belukar telah tumbuh serta mengakar

Tabir misteri

Ketika matahari mulai redup

Aku hanya diam tak berkutat

Harapanku untuk bersemat tersekat

Terambing angin yang menderu

Rasa yang ku damba tak juga tiba

Jenggah.... lelah.... dan.... telah pula sirna

Semua semu tak berwarna

Seperti aku yang semakin lapuk

Aku harap cita kan tercipta

Bukan sekedar auman tadi pagi

Dan aku tak berani lagi sekedar bermimpi

Bila harus bagun lagi

Khayalan pemuja

Seperti senja kemarin

Terik, namun menghangatkan

Tak hanya terang tetapi membawa damai

Tersirat gurat bertabur warna

Sejuta ceria tercipta

Berpadu dengan rasa yang memburu

Melumatkan hingga kedasar

Merongga dan enggan untuk keluar

Bermukin dan beranak pinak

Harapku ini takkan berakhir

Selalu ada ketika aku berada

Semoga sampai sisa umurku

Kau selalu untuku

Jumat, 09 November 2007

Dunia Kedua



Senja kemarin masih saja parau, tandus seperti padang pasir yang gersang. Kulangkahkan kakiku sejadinya. Entah hendak kemana. Sekian meter berjalan akhirnya kuhentikan langkahku, berhenti tepat berada disebuah rumah yang tampak asri dan sangat adem menurutku. Seperti menemukan oase dalam perjalan-anku.
Kulangkahkan kaki menyusuri tangga demi tangga yang kian meruncing. Sejenak berbasa-basi dengan si empunya rumah, dihantarkannya aku di salah satu bilik yang tak kalah asrinya. Nyaman dengan beberapa ornament minimalis bercampur etnis.
Dengan sigap kupaparkan tubuh ini melekat disejenak pada sebuah bantal empuk untuk bersandar. Lantas, gemulai tangan ini tak henti-hentinya mengotak-atik sebuah papan berderet huruf dan angka serta layar berwarna yang berada tepat didepanku. Kumanjakan mata ini melumat segalanya yang berada didepanku. Sekian wujud berseliweran mengampiriku dengan bermacam tanda tanya berdesir.
Bilik-bilik dalam ruang dihadapku satu persatu mengundangku untuk turut serta. Ada beberapa pertanyaan yang begitu riskan, aku jawab dan tak sesekali aku buang dengan iklas. Lalu muncul lagi dengan pertanyaan serupa. Kulewatkan banyak waktuku untuk menyusuri yang lainnya, berguman dan sesekali berdecak kagum. Dan ketika mata telah pula lembab, aku putuskan untuk mengakhiri semuanya. Namun, ada seseorang yang dengan lancang sempat mengusik keberaniannku untuk mengiyakan undangannya. Dengan status yang relatif dimiliki sekian banyak orang, serta gaya yang sekian banyak orang punya.
Kami mengobrol entah kemana bermuara. Mengungkapkan hobi yang hampir sama. Menyingahi beberapa tempat yang nyaris persis. Singkat kata kami memiliki rasio pemikiran yang sejalan. Tanpa banyak ba bi bu aku ikuti saja permintaannya untuk bersua. Sesuai jadwal yang telah kami sepakati akhirnya waktu juga mempertemukanku dengannya. Sama persis dalam gambaranku, pria jangkung dengan ornamen jambang menghiasi ranum wajahnya. Pas sekali dengan bingkai wajahnya yang kokoh dan kotak. Tanpa sadar ingatanku kembali ke beberapa masa, alangkah terbelalaknya kami bersamaan. Diluar perkiraan ternyata sosok yang berada didepanku kini adalah seseorang yang dulunya pernah menemuiku beberapa waktu lalu dan swempat hapir singgah dalam kehidupanku. Ternyata dunia memang tak selebar daun kelor. Bukan hanya dalam lingkup komonitas saja yang dapat menenukan orang yang dulu pernah bertemu, akan tetepi sama halnya dengan kehidupan maya atau room chat. Kami saling pandang dengan tatapan menyelidik, dan itu tak terjadi berapa lama. Karena kami telah pula tahu bagaimana menyikapi perasaan yang tiba-tiba datang dan bersemi kembali


gself23@yahoo.....